Film Box Office vs Film Festival

Dunia perfilman Indonesia kini semakin berkembang baik dalam lokal Indonesia maupun dunia Internasional. Banyak sineas perfilman yang senantiasa menghasilkan karya terbaiknya. Hasil karya para sineas ini banyak menghasilkan Film Box Office Indonesia dan Film Festival terbaik.

Box Office vs Film FestivalFilm Box Office, tentunya kita sering mendengar istilah ini. Di Amerika Box office sendiri adalah sebuah film yang berhasil mencapai jumlah penonton atau pendapatan dengan angka tertentu. Film box office ini menjadi film yang bisa dibilang layak dan rekomendasi untuk ditonton. Hal ini dapat dilihat dari jumlah animo penonton dan biasanya selalu ramai dengan periode yang cukup lama.

Film box office memiliki memiliki ciri khusus dimana film ini menjadi sebuah nilai ekonomi. Penyebaran film ini melalui distribusi jaringan bioskop komersial dimana memiliki aksesbilitas, adanya kegiatan promosi hingga kontiniutas pemutaran film dibioskop. Hal inilah yang membuat sebuah film mencapai sebuah angka tertentu untuk menjadi sebuah box office. Banyak film Hollywood yang diproduksi namun tidak semua dapat menjadi film box office. Film seperti Avatar, Titanic, Marvel’s The Avengers, , Frozen, Harry Potter and the Deathly Hallows (Part 2), Iron Man 3, Transformers: Dark of the Moon, The Dark Knight Rises, The Lord of the Rings: The Return of the King, Skyfall.

Begitupun dengan perfilman yang ada di Indonesia banyak karya sineas Indonesia yang membuat filmnya menjadi box office di Indonesia. berikut beberapa daftar film box office Indonesia.

  1. Laskar Pelangi dengan penonton 4.606.785
  2. Habibie & Ainun dengan penonton 4.370.376
  3. Ayat-Ayat Cinta dengan penonton 3.581.947
  4. Ketika Cinta Bertasbih dengan penonton 3.100.906
  5. 5 cm dengan penonton 2.387.236
  6. The Raid dengan penonton 1.786.030

Selain daftar film Indonesia di atas, beberapa film produksi MD Pictures juga berhasil menduduki 20 peringkat besar Film terbaik di Indonesia.

Film Festival
Mungkin belum banyak dari kita yang mengetahui film festival. Film festival adalah sebuah fenomena yang awalnya timbul sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan dialog antara pembuat film personal dengan penonton yang kritis. Untuk penonton di kategori film ini memiliki jumlah yang terbatas, karena mengusung nilai dari personal pembuatnya. Namun hal ini membuka ruang interpretasi berlapis kepada penontonnya dan kararakter inilah yang menjadi ciri-ciri film personal. Meski jumlahnya sedikit, namun mereka menjadi penopang penting bagi keberlangsungan para penonton yang kritis.

Seiring perkembangan, Festival film menjadi sebuah usaha untuk menyebarkan film personal untuk publik. Karena jumlah penonton yang kritis, baik jumlah film, jumlah pembuatnya maupun jumlah penontonnya, maka diciptakan program kompetisi sebagai puncak perayaannya. Kini festival film memiliki beberapa kategori seperti: Major, Mini-Major, City Festivals, Mom & Pop. Misalnya, kategori festival film kategori Major adalah Cannes, Venice, Berlinale, Toronto, Sundance, Rotterdam.

Beberapa film Indonesia yang masuk dalam kategori film festival ini diantaranya What They Don’t Talk About When They Talk About Love (Don’t Talk Love) karya sutradara Mouly Surya (Cinesurya, 2013), Cita-Citaku Setinggi Tanah (Eugene Panji, Humanplus Production, 2012), Something in the Way (Teddy Soeriaatmadja, Karuna Pictures, 2013), Vakansi Yang Janggal dan Penyakit Lainnya (Yosep Anggi Noen, Limaenam Films, 2012), On Mother’s Head (Putu Kusuma Widjaja, Sang Karsa Production, 2013), Rumah dan Musim Hujan (Ifa Isfansyah, Fourcolours Films, 2012), Soegija (Garin Nugroho, Puskat Pictures, 2012), dan Atambua 39°C (Riri Riza, Miles Films, 2012).

referensi : (filmindonesia.or.id)